Rabu, 30 Januari 2013

Biografi Chairil Anwar


Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dalam karyanya berjudul Aku [2]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia.




Dilahirkan di Medan, Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Indragiri Riau, berasal dari nagari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan dari pihak ibunya, Saleha yang berasal dari nagari Situjuh, Limapuluh Kota [1] dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. [2]

Chairil masuk sekolah Holland Indische school (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu penjajah Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, sekolah menengah pertama belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.

Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastera. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.


Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian.[3]. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.[4]

Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).


Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC[5] Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

  • Deru Campur Debu (1949)
  • Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
  • Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
  • Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949", diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
  • Derai-derai Cemara (1998)
  • Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
  • Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck

Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:

  • Sharp gravel, Indonesian poems", oleh Donna M. Dickinson (Berkeley? California, 1960)
  • Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
  • Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
  • Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
  • The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
  • The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
  • Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978)
  • The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)

Karya-karya tentang Chairil Anwar

  • Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953)
  • Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972).
  • Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar" (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974)
  • S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar" (New York, 1976)
  • Arief Budiman, "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan" (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976)
  • Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976
  • H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil tulisannya", (Jakarta: Gunung Agung, 1983)
  • Husain Junus, "Gaya bahasa Chairil Anwar" (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984)
  • Rachmat Djoko Pradopo, "Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern" (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)
  • Sjumandjaya, "Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987)
  • Pamusuk Eneste, "Mengenal Chairil Anwar" (Jakarta: Obor, 1995)
  • Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)


Sumber : http://www.kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2010/04/biografi-chairil-anwar-1922-1949.html#ixzz2JWhmmJWs

First Confession

really got nothing to say. pft~. seperti menemukan bangkai yang lama tertimbun di dalam tanah. entah perasaan apa yang gue rasain sekarang. kaget, sedih, kecewa, dan mau marah. tapi sama siapa? orang bilang bulan pertama itu memang berat, wajar. but that's not the point. well, from the first time i knew that he already told someone about his feeling. one of my friend told me. tapi kalau denger dari orangnya langsung itu lebih nyes~. yup, karena gue tau lebih detailnya dari dia. sebenarnya dia ga salah kok, yang salah adalah pikiran gue. wajar aja kalau misalnya dia mencari orang lain, setelah dia menyatakan perasaan ke gue dan gue ga ngerespon, karena waktu itu gue emang belum ada perasaan apa-apa sama dia. then after he confessed about his feeling to me, he looked for another girl a few months later. that's natural! sebenarnya wajar yang namanya cowok kalau udah ditolak satu cewek trus dia nyari cewek lain. tapi kalau jeda nya cuma 2 bulan, apa itu namanya? padahal sebelum gue sama dia juga gue lagi didekati sama 7 orang, tapi jujur aja gue emang ga ada perasaan suka atau nerima perasaan salah satu dari mereka, gue tolak mereka semua walau sampai sekarang pun masih tetap ngejar. jadi, ya selama berbulan-bulan itu hati gue hampa ga ada siapa-siapa di dalam nya. nah baru pas akhir tahun gue mulai ngerasa "i think that i like him" dan setelah itu kita deket lagi dan di akhir tahun baru we're in relationship. jadi ya emang disini ga ada yang salah. that's not his fault, or my fault either. tapi kok di hati kecil gue berkata "apa gue ini perlarian aja ya?". i was talking about this things a few days ago with him. dia bilang gue bukan pelarian, karena emang dari awal yang dia suka adalah gue. dan setelah dia tahu kalau gue ada rasa juga ke dia, hati dia makin mantap dan dia terus maju sampai akhirnya dia nyatain buat yang kedua kalinya ke gue. and we have ended up about this all, fogetting about all of 'her' and 'her'. actually, i found an evidence about what she feel for him, i think she can hide but she can't hide. tapi ya gua anggap aja itu angin lalu. tapi tetap aja gue masih ngerasa takut atau khawatir. i still feel like i am pelarian. tanpa gue tau, apakah dia ngerasain hal yang sama kaya yang gue rasain. harusnya sih dia yang ngerasa lebih takut daripada gue. mungkin gue bisa dibilang masih terpatok sama masa lalu. how so stupid i am. well, terakhir dia bilang "then i promise not to hide something, and always tell the truth and also don't love girls beside you. and also you don't share your love or any feeling to other boys even he's your ex". sekarang gue anggap kita seri. yang penting yang gue jalanin adalah masa depan, bukan masa lalu. masa lalu dia, ya masa lalu punya dia. masa lalu gue, ya masa lalu punya gue. tapi yang kita akan jalanin adalah masa depan, dan itu punya kita. i hope after this, there's no more obstacle that hinder our love even his ex or my ex or anyone and anything. amin.